LAPORAN PRAKTIKUM KEBUTUHAN OKSIGEN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

KATA PENGANTAR

 

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Teknolologi Pembenihan Ikan.

Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan laporan ini. Atas perhatiannya kami ucapkan banyak terima kasih.

 

Palangka Raya, 08 April 2021

 

 

Penyusun

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR

ISI

           

Kata Pengantar...........................................................................................................

Daftar Isi....................................................................................................................

Daftar Gambar ..........................................................................................................

I.                   Pendahuluan

1.1  Latar Belakang.................................................................................................

1.2  Tujuan Praktikum..................................................................................

1.3  Manfaat Praktikum ..............................................................................

II.                Tinjauan Pustaka

2.1  Peran Oksigen Untuk Ikan Budidaya...................................................

III.             Metode Praktikum

IV.             Hasil Pengamatan

A.    Tingkah Laku Ikan Sebelum Pemberian Pakan....................................

B.     Tingkah Laku Ikan Sesudah Pemberian Pakan.....................................

V.                Penutup

Daftar Pustaka

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR GAMBAR

 

Gambar 1. Akuarium .................................................................................................

Gambar 2. Aerator ....................................................................................................

Gambar 3. Pakan buatan (pelet).................................................................................

Gambar 4. Ikan yang belum makan ..........................................................................

Gambar 5. Kegiatan Pemberian pakan ikan ..............................................................

Gambar 5. Ikan kekurangan oksigen (aerator di matikan).........................................

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Oksigen  terlarut atau DO ( Dissolved oxygen ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. 

Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti aksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO ( Dissolved oxygen ) maka kualitas air semakin baik. Jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi.

Oksigen terlarut atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen yang tersedia dalam suatu badan air.

Oksigen terlarut diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan. Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efesien pengambilan oksigen oleh biota laut,  sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya.

Mengingat pentingnya hal tersebut terhadap organisme laut, maka dilakukanlah praktikum fisiologi hewan air ini untuk mengkaji lebih jauh mengenai kebutuhan oksigen terlarut (DO) yang berada di dalam akuarium.

 

1.2. Tujuan Praktikum

Praktikum  fisiologi hewan air  ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dan peran oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) di terhadap ikan nila.

 

1.3. Manfaat praktikum

Manfaat dari praktikum ini yaitu agar dapat mengetahui peran kualitas air dengan melihat oksigen terlarut terhadap tingkah laku benih ikan nila yang ada di dalam akuarium.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

Oksigen terlarut merupakan kebutuhan yang vital bagi kelangsungan hidup organisme suatu perairan.  Oksigen terlarut diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan.  Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efesien pengambilan oksigen oleh biota perairan,  sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya.  Umumnya oksigen dijumpai di lapisan permukaan karena oksigen dari udara didekatnya dapat secara langsung larut (berdifusi ke dalam air laut).  Phytoplankton juga membantu meningkatkan kadar oksigen terlarut pada siang hari.  Penambahan ini disebabkan oleh  terlepasnya gas oksigen sebagai hasil fotosintesis (Hutabarat dan Evans,  1985).

Menurut Odum (1971), tinggi rendahnya kadar oksigen di dalam air banyak bergantung pada suhu, salinitas, kedalaman, serta potensi biotik perairan.  Ditambahan pula oleh Warjdono (1974) bahwa kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas-gas yang ada di udara maupun di dalam air.  Makin tinggi suhu dan salitas yang terlarut dalam air maka kelarutan oksigen dalam air makin berkurang.  Menurut Welch  (1952), berkurangnya oksigen yang larut dalam air adalah karena digunakan oleh organisme utuk proses perombakan bahan-bahan organik  yang larut maupun bahan-bahan kotoran dasar.

     Kandungan oksigen terlarut 2 mgr/L adalah kandungan minimal yang cukup untuk mendukung kehidupan organisme perairan secara normal.  Agar kehidupan dapat layak dan kegiatan perikanan berhasil maka kandungan oksigen terlarut harus tidak boleh kurang daripada 4 ppm sedangkan perairan mengandung 5 mgr/L oksigen pada  suhu 20–30  oC masih dipandang sebagi air yang cukup baik utuk kehidupan ikan (Ismail, 1994).

 

2.1 Peran Oksigen Untuk Ikan Budidaya

Oksigen  terlarut atau DO (Dissolved oxygen) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Semakin banyak jumlah DO (Dissolved oxygen) maka kualitas air semakin baik.jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi.

Oksigen memiliki peran penting dalam akuakultur. Oksigen dalam kolam budidaya perairan atau akuakultur tersedia berupa oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO). Oksigen berperan penting dalam respirasi dan reaksi metabolisme organisme di kolam tambak tidak hanya udang atau ikan melainkan juga digunakan oleh plankton, dan bakteri. Beberapa kali kita mendengar kematian massal ikan budidaya di keramba budidaya, dan salah satu penyebab utamanya adalah karena kekurangan suplai oksigen. Seperti halnya manusia, oksigen juga merupakan kebutuhan kehidupan bagi hewan air. Apalagi pada budidaya perikanan dengan tingkat kepadatan budidaya yang tinggi, kebutuhan suplai oksigen juga harus diperhatikan.

Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan – bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (SALMIN. 2000).

Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandungan dalam air. 

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PRAKTIKUM

 

3.1 Waktu dan tempat

Praktikum Teknologi pembenihan ikan ini dilakasanakan pada hari Minggu 4 April 2021, pukul 09.30 sampai selesai. Praktikum ini  dilaksanakan di kos Wisma teduh No.4 Jl. Yos Sudarso IIB.

3.2 Alat dan Bahan

*      1 buah aquarium

*      1 buah aerator

*      15 ekor ikan nila (5 – 7 cm)

*      Buku & pulpen

*      Pelet / Pakan ikan ukuran PF-1000 secukupnya (± 1ons)

Gambar 1. Akuarium

Gambar 3. Pakan buatan (pelet)

Gambar 2. Aerator

 

3.3 Metode Praktikum

Metode praktikum ini yaitu menggunakan metode pengamatan. Pengamatan yang dilakukan yaitu memperhatikan tingkah laku ikan sebelum pemberian pakan dan memperhatikan tingkah laku ikan sesudah pemberian pakan.

3.4 Prosedur Kerja

1.      Siapkan aquarium di tempat yg aman, isi air mencapai ukuran  ¾  dari ukuran aquarium,  dibarengi dengan  pemberian aerasi (hari ke-1).

2.      Pada hari ke-2 masukkan 15 ekor anak ikan nila, biarkan selama 2 x 24 jam, jgn dikasih pakan

3.      Pada hari ke-4 berikutnya pada pukul 14.00 – 15.00 wib, dikasih pakan uk PF-1000, sampai kenyang

4.      Pada pukul 15.30 wib, matikan Aerator aquarium.

 

 

 

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan

A. Tingkah Laku Ikan Sebelum Pemberian Pakan

Setelah satu hari akuarium di isi dengan air, maka hari kedua ikan dimasukkan ke dalam akuarium dengan tidak memberikan pakan kepada ikan. Tingkah laku ikan nila berenang aktif di dalam air dan terkadang kepermukaan air. Selain itu, ikan mengeluarkan feses yang menyebabkan warna air akuarium menjadi agak keruh. Meskipun begitu, kebutuhan oksigen ikan terpenuhi di tandai dengan adanya aerator yang dihidupkan didalam akuarium sehingga kebutuhan oksigen terpenuhi. Selama tiga hari benih ikan nila belum di kasih pakan namun benih ikan nila masih bisa bergerak dan berenang ke dasar, tengah air dan kepermukaan air.

Gambar 4. Ikan yang belum makan

 

B. Tingkah Laku Ikan Sesudah Pemberian Pakan

Pada hari yang keempat, pergerakan ikan mulai pasif dan sering berenang pada dasar atau tengah air. Ini di sebabkan karena sudah beberapa hari ikan belum di kasih makan dan kemampuan untuk berenangpun semakin berkurang.

Pada pukul 14.00 – 15.00 wib, ikan di berikan pakan buatan (pellet). Ikan di berikan pakan dalam jumlah yang banyak sampai ikan kenyang.  Memberi makan berlebih (overfeeding) merupakan salah satu penyebab kematian ikan yang paling sering.

Gambar 5. Kegiatan Pemberian pakan ikan

Pada saat pemberian pakan, semua benih ikan nila berenang dan bergerombolan ke permukaan air untuk mendapatkan pakan. Sehingga ada beberapa pakan yang tidak habis di makan oleh ikan. Memberi makan berlebih akan meningkatkan akumulasi sisa-sisa pakan yang tidak termakan serta meningkatkan produksi zat sisa metabolisme seperti ammonia, nitrit dan nitrat.

Setelah kenyang, ikan mengeluar feses yang menyebabkan air di dalam akuarium makin keruh. Namun, ikan mulai bergerak aktif setelah pemberian pakan baik itu ke dasar, tengah air dan kepermukaan air. Selain itu, pakan yang berlebihan dan feses ikan juga menumpuk ke dasar perairan.

Pada pukul 15.30 wib, Aerator dimatikan. Tingkah laku ikan pun berubah, ditandai dengan ikan mulai berenang di permukaan air. Selain ikan yang berenang ke permukaan, ikan juga megap-megap sambil mengeluarkan gelembung-gelembung di permukaan air.

Gambar 5. Ikan kekurangan oksigen (aerator di matikan)

Hal ini di sebabkan karena ikan kekurangan oksigen dan sulit mendapatkan oksigen sehingga ikan ke permukaan air untuk mendapatkan oksigen lansung dari udara. Kemudian, ikan mulai setres ditandai dengan sifat ikan yang mundar-mandir ke permukaan air dan sering melakukan flashing di akibatkan lingkungan ikan yang keruh dan feses yang bertumpuk didasar perairan.

Setelah beberapa jam ikan di dalam akuarium dengan aerator yang sudah mati maka pergerakan ikan mulai menurun. kemudian kadar ammonia dalam akuarium juga meningkat karena penumpukan pakan yang berlebihan. Kemudian, nitrat juga mulai tinggi dan menurunnya pH perairan. Selain itu, pencernaan ikan juga terganggu dan ikan mulai terkena Infeksi jamur atau bakteri dan suhu air juga semakin meningkat.

Setelah 12 Jam diamati, ada beberapa benih ikan nila sudah tidak bergerak lagi dan berada didasar perairan dengan kata lain mati secara mendadak dan melayang dipermukaan air. Ini disebabkan karena ikan kekurangan oksigen dan tidak bisa bertahan lama untuk hidup.

Ikan yang masih bertahan akan kehabisan oksigen sehingga lama kelamaan ikan akan mati. Setelah 24 jam tidak diberi aerator, semua benih ikan nila yang 15 ekor mati ditandai dengan ikan yang tidak berenang dan badannya terbalik. Selain itu,  menimbulkan bau busuk yang di sebabkan oleh bakteri dan jamur yang berada di dalam akuarium. Selain itu ikan yang sudah mati mengapung di permukaan air dan ada juga yang didasar perairan disebabkan oleh lamanya ikan berada di dalam air.

4.2 Pembahasan

Praktikum dimulai pada pukul 13.00 – 14.00 wib yang di awali dengan memperhatikan tingkah laku ikan sebelum pemberian pakan buatan (pelet). Pada pukul 16:00 wib tingkah laku ikan diperhatikan setelah pakan buatan (pelet) ikan di berikan dengan keadaan aerator dimatikan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum dan menyusun laporan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa Oksigen merupakan unsur organik terlarut dalam perairan yang berperan penting dalam pertumbuhan dan metabolisme ikan. Tingkah laku ikan sebelum pemberian pakan pada saat aerator dihidupkan yaitu benih ikan nila aktif di perairan dan masih bisa berenang meskipun belum dikasih makan selama beberapa hari. Tingkah laku ikan sesudah pemberian pakan pada saat aerator dimatikan yaitu ikan sering kepermukaan megap-megap, terkadang melakukan flashing dan mati mendadak.

5.2 Saran

Praktikum ini baik untuk dilaksanakan karena menambah pengetahuan mahasiswa. Akan tetapi praktikum kali ini hanya dilaksanakan dirumah saja. Ada baiknya dipraktekan langsung diruangan laboratorium perikanan yang lansung disampaikan oleh dosen.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://steven-marinescience.blogspot.com/2013/03/oksigen-terlarut-do.html

https://www.dictio.id/t/apa-saja-ciri-ciri-ikan-yang-kekurangan-oksigen/107061

Anonim.  2010.  Bahan Kuliah Pencemaran Laut.  Fakultas Ilmu Kelautan, UNHAS, Makassar.

Dahuri, dkk.  2001.  Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu.  Pradnya Paramita.  Jakarta.

Hutabarat dan Evans.  2002.   Pengantar Oceanografi.  Universitas Indonesia, Jakarta.

Ismail H.  1994.  Studi Kelayakan Perairan Pulau Pajenekang (Skripsi).  UNHAS, Ujung Pandang.

Odum.  EP.  1971.  Fundamental of Ecology, N.B. Sounders Company,  Washington: 574 PP.

Warjdono,S,T,H. 974ManajemenKualitas Air.Fak.Perikanan IPB. Bogor.