Pengelompokkan, Masa Pengeraman dan Penetasan Telur Ikan serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

DAUR HIDUP IKAN 


Memijah>>>Telur>>>>pengeraman (inkubasi)>>>Penetasan>>>keberhasilan/kelangsungan hidup ikan

Pengelompokkan telur ikan 

1. Berdasarkan jumlah kuning telurnya: 

  • Oligolecithal: Telur yang mengandung kuning telur sangat sedikit jumlahnya
  • Telolecithal: Mengandung sejumlah kuning telur lebih banyak dari pada telur oligolecithal
  • Macrolecithal: Telur yang mempunyai kuning telur relatif banyak dengan keping cytoplasma dibagian kutub animanya

2. Berdasarkan jumlah kuning telurnya dan berat jenisnya 

  • Non bouyant: Telur yang tenggelam ke dasar bila dikeluarkan oleh ikan dan akan tetap disana (tenggelam) menyesuaikan dengan tidak adanya cahaya matahari kadang-kadang ditimbun oleh induknya dengan pasir atau batu-batuan 
  • Semi-bouyant: Telur tenggelam ke dasar perlahan-lahan, mudah tersangkut dan umumnya telur berukuran kecil 
  • Terapung: Telur dilengkapi dengan butir minyak yang besar sehingga terapung. Umumnya terdapat pada ikan-ikan yang hidup di laut contoh: ikan hering 

3. Berdasarkan kualitas kulit luarnya: 

  • Non Adhesive: Telur sedikit adhesive (melekat) pada waktu pengerasan cangkangnya, namun kemudian sesudah itu telur sama sekali tidak menempel pada apapun. Contoh: telur ikan salmon
  • Adhesive: Setelah proses pengerasan cangkang, telur bersifat lengket, sehingga telur akan mudah menempel pada daun, akar tanaman, sampah dll. Contoh: Telur ikan mas (Cyprinus carpio) 
  • Bertangkai: Terdapat bentuk tangkai kecil pada telur adhesive untuk menempelkan telur pada substrat 
  • Telur berenang: terdapat filamen yang panjang pada telur untuk menempel pada substrat atau untuk membantu mengapung sampai tempat menempel di dapatkan (mis: telur ikan hiu)
  • Gumpalan lendir: Telur-telur diletakkan pada rangkaian lendir atau gumpalan lendir (mis: ikan lele).

4. Berdasarkan lingkungan dimana induk ikan meletakkan telurnya:

  • Telur tersebar, tidak ada tambahan sesuatu dari induknya untuk keberhasilan hidup dari telur. Telur terapung, umumnya terdapat pada ikan laut seperti ikan tenggiri. Telur tenggelam ke dasar, banyak terdapat pada ikan air tawar. Telur adhesive, menempel pada substrat, batu dan tumbuhan.
  • Telur tersebar atau diletakkan satu persatu dengan perlindungan, tetapi tanpa perhatian dari induk misalnya, telur dalam benang lendir, telur dengan cangkang yang berubah seperti tangkai yang adhesive, telur dibungkus pada kapsul pelindung yang dikeluarkan oleh uterus (telur ikan hiu, ikan pari). Bila telur menyentuh air cangkangnya akan pecah dan menggulung menjadi organ yang adhesive untuk menempel pada substrat
  • Telur diletakkan pada gumpalan lendir tetapi tidak membentuk sarang.  Telur dijaga oleh ikan jantan - Telur diletakkan di celah batu karang di atas permukaan air terendah pasang naik.  Telur terkena udara pada saat pasang turun. Ikan jantan menjaga telur dari gangguan predator selama pengeraman.  Ikan jantan tidak makan selama menjaga telur ikan. - Telur tergulung pada massa yang bulat dan ikan induk menggulung dengan tubuhnya
  • Telur diletakkan dalam sarang pada kerikil, pasir atau lumpur di dasar perairan - Pada kerikil dalam air .  Telur ditutupi dan induk meninggalkan sarang - Pada pasir atau kerikil di dasar perairan yang digali oleh induk - Sarang yang berbentuk cangkir di dasar perairan telur tidak ditutupi.  Jantan biasanya menjaga telur.  Telur biasanya adhesive - Sarang terpendam di dalam dasar lumpur atau detritus
  • Sarang untuk telur diletakkan di bawah atau di atas obyek.  Penjagaan telur biasanya dilakukan oleh ikan jantan 
  • Sarang dibuat dari bahan tanaman yang disusun seperti sarang burung yang dijalin oleh suatu zat yang dikeluarkan oleh ginjalnya.  Ikan jantan menjaga sarang 
  • Sarang terbuat dari gelembung atau busa yang disusun oleh ikan jantan dan sarang itu dikeraskan oleh lendir yang dikeluarkan oleh ikan jantan.  Telur diletakkan dalam gelembung ini. 

h. Penyesuaian khusus untuk menjaga telur dilakukan induknya 

- Telur dalam mulut, pada beberapa ikan family chiclidae (mis: ikan mujair, nila) - Sebangsa ikan lele di Brazil membentuk sebagian kulit perutnya menjadi membengkak sebagai tempat meletakan telur sampai telur menetas - Telur diletakkan pada cengkungan kepala ikan.  Telur dalam bentuk gumpalan dihubungkan oleh semacam benang dengan bagian tulang tersebut, sehingga gumpalan telur menggantung di dua sisi kepala ikan - Telur diletakkan dalam kantung  yang terdapat dibagian perut ikan (mis: ikan kuda laut, Sea horse) - Pemijahan dengan bekerjasam dengan binatang lain, mis: dengan meletakkan telur pada  moluska.

Masa Pengeraman Telur Ikan Masa pengeraman: Saat telur setelah dibuahi sampai menetas dimana selama waktu tersebut di dalam telur terjadi proses-proses embriologis (pembentukan embrio ikan).  Setelah spermatozoa melebur dengan inti telur, protoplasma akan mengalir ke tempat spermatozoa masuk dan membentuk keping protoplasma kemudian diikuti oleh pembelahan sel.

Pembelahan sel pada telur bergantung pada tipe telur (homolecithal atau telolecithal) Pembentukan semua organ tubuh hampir sempurna ketika telur akan menetas.  Selama pembentukan organ tersebut, semenjak telur dibuahi, chorion menjadi semakin keras.  Hal ini menunjukan bahwa telur tersebut mengadakan semacam perlindungan untuk menjaganya dari gangguan lu ar selama proses pembentukan organ berlangsung.  Pada waktu akan menetas kekerasan   (cangkang telur) akan menurun kembali.

Lama Masa Pengeraman: Lama masa pengeraman ikan tidak sama tergantung kepada spesies ikan dan faktor luar: 

1. Spesies ikan 

2. Faktor luar (suhu perairan, Cahaya, Gas terlarut (CO2 dan NH4 (ammonia)) 

Suhu Perairan Terkait dengan suhu adalah istilah “derajat hari”, yaitu hasil perkalian derajat suhu perairan dengan lama pengeraman. Derajat hari suatu spesies ikan ada yang nilainya tetap, misalnya derajat hari untuk ikat trout (Nikolsky 1963), tetapi beberapa peneliti lainnya, setelah hasil derajat hari dihitung didapatkan harga yang berbeda sebagai berikut (Tabel x) Cahaya Menurut Nikolsky (1963) faktor cahaya juga dapat mempengaruhi masa pengeraman telur ikan.  Telur yang sedang dalam masa pengeraman apabila ditaruh dalam tempat yang gelap akan menetas lebih lambat

Gas terlarut (CO2 dan ammonia, NH4) CO2 dan ammonia (0 - 0.01 mg/L) dapat menyebabkan kematian embryo dalam masa pengeraman.  Tekanan gas CO2  dalam air dapat mempengaruhi unsur meristik, yaitu jumlah ruas tulang belakang.  Bila tekanan CO2 tinggi jumlah ruas belakang embryo menjadi bertambah dan sebaliknya apabila tekanan CO2  berkurang, jumlah ruas tulang belakang juga berkurang.

Penetasan Telur - Merupakan saat terakhir masa pengeraman sebagai hasil dari beberapa proses sehingga embryo keluar dari cangkangnya. - Pada saat akan terjadi penetasan terjadi penurunan kekerasan chorion, yang disebabkan oleh substansi enzim dan unsur kimia lainnya yang dikeluarkan oleh kelenjar “endoderm” di daerah “pharynx”.  Enzim ini dinamakan enzim chorionase yang terdiri dari “pseudokaretine”  yang kerjanya bersifat mereduksib (reduction=mengurangi) kekerasan chorion sehingga menjadi lembek. - Proses pelembekan chorion dipengaruhi oleh pH dan suhu air.  Menurut Blaxter di dalam Hoar dan Randall (1969), pH 7,9 – 9,6 dan suhu 14 – 20oC merupakan kondisi yang optimum. - Pada waktu akan terjadi penetasan, embryo sering mengubah posisinya karena kekurangan ruang di dalam cangkang.  Dengan pergerakan tersebut bagian cangkang (chorion ) yang lembek akan pecah - Biasanya pada bagian cangkang yang pecah ujung ekor embrio dikeluarkan terlebih dahulu sambil digerakkan, selanjutnya kepala menyusul karena ukurannya lebih besar dibandingkan bagian tubuh lainnya - Tetapi banyak juga bagian kepala yang dikeluarkan terlebih dahulu

Masa Larva - Larva adalah anak ikan yang baru ditetaskan, dengan tubuh belum dalam keadaan sempurna baik organ luar maupun dalamnya - Sehubungan dengan perkembangannya larva dibagi atas 2: a. Pro larva b. Post larva - Pro larva:Masih mempunyai kantung kuning telur, tubuhnya transparan dengan beberapa butir pigmen yang fungsinya belum diketahui.  Sirip dada dan ekor sudah ada tetapi belum sempurna bentuknya.  Sirip perut belum nyata hanya berupa tonjolan.  Mulut dan rahang masih belum berkembang dan ususnya masih berupa tabung yang lurus.  Sistem pernafasan dan dan peredaran darahnya tidak sempurna.  Makananya didapatkan dari sisa kuning telur yang belum habis dihisap.  Kadang-kadang posisinya terbalik dengan perut diatas karena kuning telurnya masih mengandung minyak. Posisinya kembali normal apabila kuning telur telah habis terhisap.

Larva sebagai masa kritis daur hidup ikan - Pemangsaan oleh predator - Masa transisi saat sebelum dan sesudah kuning telur habis, dimana larva ikan memerlukan makanan yang sesuai dengan bukaan mulutnya - Pergerakan larva untuk mendapatkan penting untuk mendapatkan makanan serta kepadatan makanan merupakan faktor penting untuk keberhasilan hidup larva.

100 >>>70% mortalitas Survive 30% jadi larva