SEJARAH DAN ASAL-USUL IKAN NILA
14 June 2020
Edit
Ikan Nila yang konon sudah melegenda sejak 4000 tahun yang lalu, memiliki banyak nama. Salah satunya Tilapia Nilotica, sebuah sebutan yang diberikan oleh Aristoteles dan rekan-rekanya, nama itu diambil dari nama sebuah sungai terbesar di Afrika yang bermuara di pantai utara mesir.
Konon Nila merupakan makanan kerajaan karena ikan ini sangat langka pada awalnya namun jenis nila lainnya sudah ada di seluruh perairan darat Afrika seperti nila mosambicus, aurea, urelepis hornorum dan lain sebagainya. Nilotica dipelihara dalam kolam-kolam dalam istana raja.
Mesir Kuno bukan satu-satunya orang yang memanfaatkan nila sebagai kebutuhan. Nila telah ada dan masih ada sampai sekarang, ikan merupakan makanan penting bagi banyak kelompok yang berbeda yang hidup di Afrika dan kawasan Mediterania timur. Yunani dikenal sebagai penggemar dan Aristoteles nila diyakini telah menamakannya Tilapia niloticus (ikan Nil) pada 300 SM.
Nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Bogor (Balai Penelitian Perikanan AirTawar) pada tahun 1969. Satu tahun kemudian, ikan nila ini mulai di sebarluaskan ke beberapa daerah. Pemberian nama nila berdasarkan ketetapan Direktur Jenderal Perikanan pada tahun 1972. Nama tersebut diambil dari narna species ikan nila ini, yakni Nilotica yang kemudian diubah menjadi Nilotica menunjukan daerah asal ikan ini, yaitu sungai Secara alami ikan ini melakukan migrasi dari habitat aslinya di sungai Nil di Uganda (bagian hulu Sungai Nil) kw arah selatan melewati Danau Raft dan Tanganyika hingga ke Mesir (sepanjang Sungai Nil). Nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat. Populasi terbanyak ditemukan di kolam-kolam ikan di Chad dan Nigeria.
Dengan campur tangan manusia, saat ini nila telah menyebar ke seluruh dunia mulai dari Benua Afrika, Amerika, Eropa, Asia, dan Australia. Awalnya, ikan nila di Indonesia adalah jenis mosambica yang sudah berkembang dengan pesat. Namun, karena ukurannya yang relatif kecil, lambat laun ikan nila di gantikan dengan jenis nila tilapia, baik yang berwarna hitam maupun merah. Khusus untuk ikan nila hitam mulai didatangkan pada tahun 1969 dan tersebar di Danau Tempe, SulawesiSelatan.
Kemudian, beberapa lembaga risetmendatangkan ikan tilapia hasil pemuliaan, seperti GIFT3 (1993) dan GIFT6, Chitralada (1996), serta GET (2003). Namun, sayangnya hanya sedikit pihak yang mengetahui bahwa yang didatangkan ke Indonesia umumnya adalah hasil hibridisasi sehingga tidak memenuhi syarat untuk dijadikan induk. Sementara itu, ikan nila merah didatangkan melalui jalur Taiwan dan Singapura sekitar tahun 1990-an. Salah satu sumbernya adalah Stirling University di Inggris yang menjadi induk di Aquafarm. Melalui uji secara genetika, ikan nila merah adalah hasil hibrid antara ikan nila putih (jantan)dan ikan nila hitam (betina).
Nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Bogor (Balai Penelitian Perikanan AirTawar) pada tahun 1969. Satu tahun kemudian, ikan nila ini mulai di sebarluaskan ke beberapa daerah. Pemberian nama nila berdasarkan ketetapan Direktur Jenderal Perikanan pada tahun 1972. Nama tersebut diambil dari narna species ikan nila ini, yakni Nilotica yang kemudian diubah menjadi Nilotica menunjukan daerah asal ikan ini, yaitu sungai Secara alami ikan ini melakukan migrasi dari habitat aslinya di sungai Nil di Uganda (bagian hulu Sungai Nil) kw arah selatan melewati Danau Raft dan Tanganyika hingga ke Mesir (sepanjang Sungai Nil). Nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat. Populasi terbanyak ditemukan di kolam-kolam ikan di Chad dan Nigeria.
Dengan campur tangan manusia, saat ini nila telah menyebar ke seluruh dunia mulai dari Benua Afrika, Amerika, Eropa, Asia, dan Australia. Awalnya, ikan nila di Indonesia adalah jenis mosambica yang sudah berkembang dengan pesat. Namun, karena ukurannya yang relatif kecil, lambat laun ikan nila di gantikan dengan jenis nila tilapia, baik yang berwarna hitam maupun merah. Khusus untuk ikan nila hitam mulai didatangkan pada tahun 1969 dan tersebar di Danau Tempe, SulawesiSelatan.
Kemudian, beberapa lembaga risetmendatangkan ikan tilapia hasil pemuliaan, seperti GIFT3 (1993) dan GIFT6, Chitralada (1996), serta GET (2003). Namun, sayangnya hanya sedikit pihak yang mengetahui bahwa yang didatangkan ke Indonesia umumnya adalah hasil hibridisasi sehingga tidak memenuhi syarat untuk dijadikan induk. Sementara itu, ikan nila merah didatangkan melalui jalur Taiwan dan Singapura sekitar tahun 1990-an. Salah satu sumbernya adalah Stirling University di Inggris yang menjadi induk di Aquafarm. Melalui uji secara genetika, ikan nila merah adalah hasil hibrid antara ikan nila putih (jantan)dan ikan nila hitam (betina).