LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR AKUAKULTUR PEMANENAN UDANG VANAMAE
LAPORAN
PRAKTIKUM
DASAR-DASAR AKUAKULTUR
PEMANENAN
UDANG VANAMAE DI
TAMBAK INTENSIF DI DESA
KAUR BENGKULU
Disusun Oleh:
| |
Sinar Wati Gea | 193010406010 |
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021
PEMBAHASAN
4.1 Pemanenan Udang Vaname
Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas perikanan yang dibudidayakan di Indonesia. Di Indonesia, udang vanamei ini dianggap sebagai varietas udang unggulan karena mempunyai beberapa kelebihan yang diantaranya adalah:
- Memiliki daya tahan yang baik terhadap perubahan kondisi lingkungan.
- Memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap penyakit
- Memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat .
- Memiliki derajat kehidupan yang tergolong tinggi.
- Responsif terhadap pakan/nafsu makan yang tinggi.
- Hemat pakan.
- Padat tebar cukup tinggi.
- Waktu pemeliharaanya yang relatif cukup pendek, yaitu berkisar antara 90 hingga 100 hari, dalam sekali siklus.
Pada usaha budi daya udang, tahapan akhir yang paling ditunggu-tunggu adalah pemanenan. Proses pemanenan udang vaname membutuhkan teknik yang mumpuni guna menghindari terjadinya kematian udang atau kerusakan pada udang. Sebab, udang yang rusak fisiknya tentu akan mengurangi nilai jualnya. Panen udang dapat dilakukan secara parsial atau ataupun secara total.
4.1.1 Panen Udang Vaname Secara Parsial
Panen dilakukan setelah umur pemeliharaan 100-110 hari atau sekitar 3 bulan masa pemberdayaan. Jangka waktu panen udang vaname mulai penebaran hingga produksi sekitar 6 bulan. Perlakuan sebelum panen adalah pemberian kapur dolomit sebanyak 80kg/ha (tinggi air tambak 1m), dan mempertahankan ketinggian air (tidak ada pergantian air) selama 2-4 hari yang bertujuan agar udang tidak mengalami molting (ganti kulit) pada saat panen.
Sebaiknya panen dilakukan pada malam hari yang bertujuan untuk mengurangi resiko kerusakan mutu udang, karena udang hasil penen sangat peka terhadap sinar matahari. Panen parsial dilakukan pada pagi hari untuk menghindari udang molting dan DO rendah. Salinitas budidaya udang yang ideal adalah dalam kisaran 10-35 ppt (jumlah gram garam pada setiap liter air). Salinitas udang optimal pada budidaya udang vannamei adalah 15-25 ppt.
Panen parsial adalah metode panen sebagian biomassa udang pada saat kegiatan operasional budidaya sedang berlangsung. Panen parsial berarti memanen atau mengambil sebagian udang dari tambak. Ada dua hal yang perlu di perhatikan pada saat panen parsial yaitu meningkatkan produktivitas dan perhitungan ekonomis. Pada panen parsial diharapkan mampu mendapatkan size udang vaname yang besar. Panen parsial memberikan kesempatan kepada udang yang tersisa di kolam tumbuh lebih besar karena dengan mengurangi biomassa udang ditambak sehingga daya dukung tambak membaik atau berlebihan. Selain itu, panen parsial memungkinkan dapat menurunkan resiko terkena penyakit.
Sebelum panen perdana, dilakukan secara parsial yaitu pada pemeli haraan super intensif hari ke-60. Panen parsial berarti budidaya harus terus berlanjut. Maka penting memperhatikan beberapa hal dan kondisi. Air tambak saat panen panen tidak dikeringkan atau sama sekali tidak dikurangi untuk menghindari udang stres. Panen parsial menggunakan alat tangkap berupa jala lempar. Sehingga tidak perlu mengurangi volume air kolam.
Pada panen parsial juga relatif tidak memerlukan banyak tenaga permanen, dengan ini dapat meminimalkan biaya panen. Panen parsial dilakukan 1-3 kali dengan jarak antar panen 7-14 hari. Jumlah udang yang diambil 20-30% dari estimasi biomasa udang di kolam. Jumlah udang yang dipanen kedepan dengan mengurangi perkiraan biomasa udang yang masih bisa ditampung dalam dua minggu.
Secara parsial pertama biasanya dilakukan saat mencapai berat udang 10-13 gram per ekor atau saat udang mencapai ukuran 100. Pertimbangannya adalah pada ukuran tersebut udang dikatakan memiliki nilai jual yang cukup besar udang semakin tinggi harganya Dua hal yang tidak kalah penting udang sedang kondisi sehat dan nafsu makan udang sedang baik. Penting agar udang yang tersisa tidak akan stres dan terganggu di kemudian hari, Meskipun pada kasus lain, panen parsial adalah salah satu solusi pada nafsu makan udang yang menurun karena air sudah jenuh Tapi pada kasus udang yang terganggu kesehatannya keputusan panen sementara justru dapat memperburuk keadaan.
Panen parsial harus dilakukan dengan metode yang paling cepat. Metode yang lebih cepat akan mengurangi stres dan menghindari penurunan kualitas daging Selain itu juga tetap memperhatikan kolam yang dipanen tidak terusik. Maka dibutuhkan metode yang cepat dan aman, berikut jala memberikan tipsya.
Tips panen parsial yang aman
- Pastikan peralatan panen sudah dibersihkan terlebih dahulu, jika perlu disterikan terutama Jala lempar. Pembersihan juga sebaiknya dilakukan setiap berpindah tempat berpindah-pindah tambak. agar tidak menularkan penyakit yang mungkin saja terbawa melalui jala tersebut.
- Beberapa hari sebelum panen diberi pakan berkualitas dengan tambahan vitamin, mineral, dan imunostimulan. Beberapa petambak menambah mineral khusus untuk mencegah udang moulting sewaktu-waktu sebelum dipanen atau menjaga tubuh udang lebih padat dan keras sehingga kualitasnya lebih baik.
- Mematikan kincir di sekitar lokasi penjalaan (1-2 kincir).
- Tanpa mengurangi volume air kolam agar menghindari stress.
- Panen dilakukan saat suhu rendah atau sinar matahari matahari.
- Dasar kolam di lokasi penjalaan bersih dari lumpur, mencegah agar tidak terangkat pada saat panen dilakukan pemeriksaan sebelum dilakukan dengan turun langsung atau dengan dilakukan siphon.
- Maksimal udang yang diambil 30% dari populasi udang yang ada di tambak. Jika terlalu tinggi dapat mengguncang kondisi tambak.
- Panen parsial dilakukan secepat mungkin. Jika panen dilakukan dari satu kolam, maka menyelesaikan satu kolam berikutnya kemudian dilanjutkan ke kolam berikutnya.
- Tidak ada udang yang jatuh kembali ke kolam saat dilakukan penjalaan.
- Melakukan penyedotan setelah melihat panen parsial. tujuan membuang udang yang mati karena proses pemanenan.
a. Waktu Panen
Panen udang vaname ditentukan dari ukuran udang tersebut, apakah sudah memenuhi pasar atau belum dan sudah tidak mungkin lagi untuk dibudidayakan. Pertimbangan yang diambil adalah perpaduan antara pertimbangan teknis dan bisnis. Secara teknis, jika udang masih memungkinkan udang dibudidayakan, maka selama itu itu pula udang dipelihara, namun jika harga udang vaname sedang bagus pada ukuran tersebut, maka sebaiknya dipanen dan dijual dengan harapan mendapatkan keuntungan yang memuaskan.
b.
Metode panen parsial
1. Penentuan waktu dan jumlah panen parsial
Panen parsial biasa dilakukan ketika daya dukung lahan sudah optimum namun kegiatan budidaya udang masih ingin diteruskan. Sebagai contoh suatu tambak sudah memiliki daya dukung lahan antara 2 - 2,5 ton maka ketika estimasi biomas mencapai 2 ton perlu dilakukan panen parsial. Pada petambak yang sudah berpengalaman panen parsial dijadikan metode budidaya untuk meningkatkan produksi budidaya misal pada tambak dengan tebaran udang 100.000 ekor dengan masa pemeliharaan 100 hari, dengan ABW 25 gram, SR 80%, maka akan menghasilkan 2 ton udang, jika ADG rata rata 0,3 gram per hari dengan panen dipanen parsial sebanyak 10% yaitu 200 kg, maka estimasi populasi udang ditambak adalah 70.000 ekor dimana dgn ADG rata rata 0,3 pada 10 hari kemudian akan ada pertambahan biomasa 210 kg (70.000 ekor x 0,3 gram x 10 hari) dengan ABW 28 gram, dan seterusnya panen didasarkan pada estimasi populasi, ADG rata rata dan waktu pemeliharaan.
2. Alat Untuk Panen Parsial
Alat yang digunakan untuk panen parsial bisa bermacam macam bisa dengan jala kantong/jala Lampung, atau juga dengan branjang. Prinsip dari alat yang digunakan adalah udang yang ditangkap dengan bisa terangkat semua sehingga meminimalisir udang luka/lecet karena penangkapan dapat kembali ke tambak. Hal tersebut menjadi penting untuk meminimalisir serangan penyakit pada udang yang lemah atau terluka. Untuk mempercepat pemanenan bisa dilakukan dengan menebar pakan pada area yang dijala atau pada branjang. Teknis pemanenannya dapat dilakukan dengan menggunakan jala tebar maupun jala tarik. Panen sebaiknya dilakukan oleh orang yang berpengalaman, karena sifat udang yang mudah rusak jika tidak ditangani dengan baik. Udang yang rusak tentu dapat menurunkan harga jualnya di pasar.
4.1.2 Panen Udang Vaname Secara Normal
Panen normal adalah kegiatan panen yang dilakukan pada suatu petakan tambak dengan dasar pertimbangan kondisi, ukuran dan kualitas udang di dalam tambak tersebut dianggap telah memenuhi persyaratan untuk dipanen sehingga dapat menghasilkan tingkat keuntungan finansial seperti yang diharapkan. Ditinjau dari prosesnya, maka tahapan kegiatan panen normal hampir sama dengan tahapan yang dilakukan pada kegiatan panen dini yaitu (i) tahap pra-panen dan (ii) tahap proses pemanenan. Perbedaan antara kedua jenis panen tersebut hanya pada tahap pra-panen yaitu kegiatan identifikasi/analisis tingkat masalah (penyakit) pada udang. Pada kegiatan panen normal tidak lagi diperlukan identifikasi masalah karena seperti telah disebutkan pada penjelasan di atas bahwa kondisi dan kualitas udang dianggap telah memenuhi persyaratan untuk dipanen. (Tahapan- tahapan kegiatan panen normal selanjutnya dapat dilihat pada pembahasan tahapan panen dini).
Hal yang paling mendasar yang perlu diperhatikan dalam kegiatan panen normal adalah bagaimana menjaga kualitas udang yang dihasilkan tetap terjaga, sehingga keuntungan finansial yang diperoleh tidak meleset dari yang diperkirakan. Sebagai upaya mempertahankan kuaitas udang pada saat pemanenan, maka berikut beberapa catatan yang perlu diperhatikan:
- Proses pemanenan udang sebaiknya dilakukan pada malam hari untuk menghindari panas matahari yang dapat berpengaruh pada kualitas udang.
- Proses pemanenan udang sebaiknya jangan bertepatan dengan bulan purnama untuk menghindari moulting massal udang yang dapat menurunkan kualitas
- Penyalaan lampu penerangan ke arah tambak jangan sampai menyebabkan udang moulting massal.
- Sarana dan transportasi panen harus tersedia sebelum proses pemanenan dilakukan untuk menghindari penurunan mutu udang.
- Kegiatan penurunan air tambak harus memperhatikan kondisi pasang surut yang terjadi pada saat itu.
- Pada saat penurunan air harus dihindari perlakuan/kegiatan yang menyebabkan udang mengalami moulting massal.
- Diusahakan udang terkumpul dicaren/sentral tambak untuk memudahkan proses pemanenan.
- Ketinggian air tambak saat panen berpengaruh jangka waktu dan tingkat kesulitan proses panen.
- Proses pencucian udang dilakukan sampai udang mengalami fase rigormortis (kejang bangkai).
- Jumlah es batu yang diberikan bertujuan untuk menjaga kondisi udang pada suhu dingin, sehingga kualitasnya tidak mengalami penurunan.
- Pemindahan udang ke sarana transportasi, agar dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak kondisi udang.
4.2 Cara Pemanenan Dengan Menggunakan Jala
Panen dapat dilakukan setelah umur pemeliharaan mencapai 3 hingga 4 bulan. Kegiatan ini dilakukand dengan cara penangkapan menggunakan jala. Sebaiknya waktu panen dilakukan pada malam hari untuk mencegah penurunan hasil dari kualitas panen dari udanng dapat menyebabkan hasil yang tidak memuaskan dari hasil panen yang didapatkan pada udang. Namun, sebelum panen sebaiknya air tambak diberi kapur untuk mencegah moulting pada saat panen. Panen dilakukan setelah udang mencapai ukuran konsumsi dengan harga pasar yang baik. Harga jual udang tergantung size ukuran dan tiap waktu harga bisa berubah sesuai dengan harga ukuran size yang dibutuhkan pasar, sehingga petambak harus mengikuti perubahan harga pasar udang berdasar size atau ukuran waktu akan melakukan panen untuk mendapatkan nilai jual yang tinggi. Mutu udang harus dijaga sehingga cara panen dan alat yang digunakan tidak merusak kualitas udang. Beberapa teknik panen adalah sebagai berikut :
- Cara panen tiap daerah berbeda. Pada prinsipnya panen udang dilakukan dengan cepat dan udang yang tertangkap dibersihkan dari kotoran lumpur. Kemudian udang dimasukan dalam wadah direndam dengan es dengan suhu kurang dari 50 C dengan tujuan untuk menjaga kesegaran daging mutu udang. Biasanya panen dilakukan pada kondisi cuaca dingin atau pada malam hari.
- Pengkedapan pematang tambak dapat dilakukan dengan pemasangan lapisan inti dari kassa atau jaring nilon dengan mess size 1 mm pada bagian tengah pematang. Teknik pengkedapan pematang tambak ini dapat dilakukan pada seluruh pematang keliling tambak atau pada bagian pematang tertentu yang rembes atau bocor.
4.3 Umur dan Ukuran Panen Pada Udang Vanname
Umur panen udang vannamei berkisar 100 hari atau berat udang mencapai 16 – 20 gram/ekor. Panen biasanya dilakukan pada malam hari untuk menjaga mutu udang vannamei, bisa dilakukan sebagian atau keseluruhan. Panen udang pada usaha skala rakyat ini dilakukan apabila udang sudah mencapai ukuran konsumsi dengan margin harga yang tinggi. Panen biasanya dilakukan kalau udang sudah mencapai ukuran 80 ekor/kg dengan masa pemeliharaan 70-100 hari.
Panen parsial ke -1, biasanya dimulai setelah udang mencapai berat per ekor 10 g/ekor (size 100) atau udang berumur 60 hari. Parsial ke-2 dilaksanakan 2 minggu berikutnya dengan berat udang mencapai 14 s/d 15 g/ekor (size 66-70),umur 75 hari, dilanjutkan parsial ke 3 umur 90 hari dengan asumsi berat udang 17 g/ekor (size 57). Dua minggu setelah parsial ke-3, dilakukan panen total.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Di Indonesia, udang vanamei ini dianggap sebagai varietas udang unggulan karena mempunyai beberapa kelebihan yang diantaranya adalah Proses pemanenan udang vaname membutuhkan teknik yang mumpuni guna menghindari terjadinya kematian udang atau kerusakan pada udang. Sebab, udang yang rusak fisiknya tentu akan mengurangi nilai jualnya Hal yang paling mendasar yang perlu diperhatikan dalam kegiatan panen normal adalah bagaimana menjaga kualitas udang yang dihasilkan tetap terjaga, sehingga keuntungan finansial yang diperoleh tidak meleset dari yang diperkirakan.
Umur panen udang vannamei berkisar 100 hari atau berat udang mencapai 16 – 20 gram/ekor. Panen udang pada usaha skala rakyat ini dilakukan apabila udang sudah mencapai ukuran konsumsi dengan margin harga yang tinggi. Panen parsial ke -1, biasanya dimulai setelah udang mencapai berat per ekor 10 g/ekor (size 100) atau udang berumur 60 hari.
5.2 Saran
Dari laporan yang telah praktikan buat, mungkin terdapat kesalahan dan kekurangan baik itu dari penulisan atau dari kata-katanya, praktikan sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca, agar dapat memberikan motivasi atau nasihat guna memperbaiki laporan ini nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Purnamasari, I., Dewi, P., & Maya, A. F. U. “Produksi Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) Di Tambak Intensif Kilau Samudra Bengkulu Tengah” (Doctoral Dissertation, Universitas Bengkulu).
Purnamasari, I., Purnama, D., & Utami, M. A. F. (2017). Pertumbuhan udang vaname (litopenaeus vannamei) di tambak intensif. Jurnal Enggano, 2(1), 58-67.
Joesidawati, Marita Ika, Suwarsih Suwarsih, And Arif Tribina. "Analisa Kualitas Air Dan Komposisi Fitoplankton Pada Tambak Budidaya Udang Vannamei Di Kabupaten Tuban." Prosiding Snasppm 4.1 (2019): 167-175.
Ratna Rahayu, G. I. N. D. A. (2019). Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Udang Vaname (Doctoral Dissertation, Universitas Siliwangi).
Hendrajat, E. A. 2003. Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus
Vannamei) Pola Tradisional Plus Di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Jurnal
Riset Akuakultur Vol. 2 No.1 Brpbap Maros. Maros.
Jdih.Kkp.Go.Id. Jaringan Dokumentasi Dan Informasi Hukum
Kementrian Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia. Pada: Http://Jdih.Kkp.Go.Id/Cari_Peraturan [Diakses
Pada Kamis, 15 Juli 2021 Pukul 22.13).
Poe, K. F. 2005.Water Quality & Monitoring. Master
Watershed Steward. Connecticut Departmentof Environmental Protection.
Connecticut. Pp. 1- 17.
Wyban, J. A Dan Sweeney, J. 1991. Intensif Shrimp Production Technology The Oceanic.Institute Shrimp Manual The Oceanic Institute, Honolulu, Hi, Usa. 158 Pp.
Purnamasari, I., Purnama, D., & Utami, M. A. F. (2017). Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) Di Tambak Intensif. Jurnal Enggano, 2(1), 58-67.
Romadhona, B., Yulianto, B., & Sudarno, S. (2016). Fluktuasi Kandungan Amonia Dan Beban Cemaran Lingkungan Tambak Udang Vaname Intensif Dengan Teknik Panen Parsial Dan Panen Total Fluctuations Of Ammonia And Pollution Load In Intensive Vannamei Shrimp Pond Harvested Using Partial And Total Method. Saintek Perikanan: Indonesian Journal Of Fisheries Science And Technology, 11(2), 84-93.
Anam, C., Khumaidi, A., & Muqsith, A. (2016). Manajemen Produksi Naupli Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) Di Instalasi Pembenihan Udang (Ipu) Gelung Balai Perikanan Budidaya Air Payau (Bpbap) Situbondo Jawa Timur Management Of Hatchery Production Naupli Vaname (Litopenaeus Vannamei) In Inst. Samakia J. Ilmu Perikan., 7, 57-65.
Awanis, A. A., Prayitno, S. B., & Herawati, V. E. (2017). Kajian Kesesuaian Lahan Tambak Udang Vaname Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Desa Wonorejo, Kecamatan Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. Buletin Oseanografi Marina, 6(2), 102-109.
Romadhona, B., B. Yulianto, Dan Sudarno. 2015. Fluktuasi Kandungan Amonia Dan Beban Cemaran Lingkungan Tambak Udang Vaname Intensif Dengan Teknik Panen Parsial Dan Panen Total. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 11 No. 2: 84-93.
Run Yu And P. Leung. 2006. Optimal Partial Harvesting Schedule For Aquaculture Operations. Marine Resource Economics Vol. 21 Pp: 301-315.
Suprapto. 2010. Panen Parsial Maksimalkan Keuntungan. Majalah Agrina.