MATERI FILUM CRUSTACEA ( UDANG WINDU )
Ciri-ciri/deskripsi umum:
Udang Windu (Penaeus monodon) merupakan crustasea. pertumbuhan dan reproduksi crustasea diatur oleh kombinasi hormone neuropeptide, ecdysteroids (hormone moulting) dan metil farnesoeate isoprenoid (MF).
Pertumbuhan pada udang
merupakan penambahan protoplasma dan pembelahan sel yang terus menerus pada
waktu ganti kulit. Secara umum dinyatakan bahwa laju pertumbuhan Crustacea
merupakan fungsi dan frekuensi ganti kulit dan pertambahan berat badan setiap
proses ganti kulit (Moulting).
Ciri udang mengalami
pertumbuhan adalah dengan adanya proses moulting (ganti kulit), biasanya cara
untuk mempercepat proses moulting dengan cara ablasi, namun cara ini tidak
dapat dilakukan pada benur udang dikarnakan ukurun benur yang masih sangat
kecil.
Udang
memiliki ciri-ciri umum yaitu memiliki tubuh yang beruas-ruas, kaki
bersambungan, tubuh terdiri dari kepala, thoraks dan abdomen. Hanya sebagian
kecil saja yang terdiri dari udang air tawar, terutama di daerah sekitar sungai
besar dan rawa dekat pantai.
Udang air tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga Palaemonide, sehingga para ahli sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid. Sedangkan udang laut pada umumnya termasuk dalam keluarga Penaeidae, yang biasa disebut udang panaeid.
Adapun klasifikasi udang windu (Penaeus monodon) berikut :
- Filum : Arthropoda
- Sub Filum : Mandibulata
- Kelas : Crustacea
- Sub Kelas : Malacostraca
- Ordo : Decapoda
- Sub Ordo : Natantia
- Family : Penaeidae
- Genus : Penaeus
- Species : Penaeus monodon
Morfologi, Anatomi dan Fisiologi Crustacea
Permukaan tubuh crustacea dilindungi kutikula yang tersusun dari zat kitin yang ditambah dengan garam-garam mineral dan bersifat sangat keras. Tubuhnya dibedakan menjadi cefalotorak dan abdomen yang terdiri dari segmen-segmen (kepala 5, torak 8, dan abdomen 6) masing-masing dengan satu pasang anggota tubuh yang terdiri atas ruas-ruas. Setiap segmen tubuh dibedakan atas tergum (bagian dorsal), sternum (bagian ventral), pleura (lateral tubuh). Cefalotorak terdiri atas 13 segmen yang terlindung oleh karapak. Ujung anterior karapak merupakan rostrum. Antena dan antenula merupakan struktur indera. Kaki jalan berfungsi untuk bergerak, memegang makanan, dan membersihkan tubuhnya. Kaki renang sebagai alat renang, respirasi, dan pembawa telur pada hewan betina.
1. Sistem Pencernaan Crustacea
Sistem pencernaan terdiri atas mulut, esophagus, lambung, usus, dan anus. Lambung dibedakan atas dua bagian yaitu bagian yang besar (anterior) disebut kamar kardiaka dan yang kecil adalah pylorus. Usus merupakan tabung kecil yang mengarah ke arah posterior tubuh dan bermuara pada anus yang terletak pada permukaan ventral telson. Di dalam usus terjadi penyerapan zat-zat makanan oleh dinding usus.
2. Sistem Sirkulasi Crustacea
Alat peredaran terdiri atas darah dan pembuluh darah. Darah terdiri atas cairan darah yang hampir tidak berwarna dan corpuscula darah atau amoebocyt yang berupa sel-sel ameboid. Fungsi darah yaitu mengangkut material makanan dari satu bagian tubuh ke bagian yang lain, mengangkut oksigen dari insang menuju jaringan-jaringan tubuh, mengangkut CO2 menuju ke insangdan mengangkut urea menuju alat ekskresi .
3. Sistem Respirasi Crustacea
Diantara bagian lateral karapak dan dinding badan terdapat rongga-rongga atau kamar-kamar yang berisi insang dan bagian ventral kamar tersebut terbuka. Insang merupakan penjuluran dinding badan yang berbentuk bulu dan mengandung pembuluh darah. Skafognatit (bagian berbentuk sadel) dari maxilla bergerak ke depan dan ke belakang menarik air yang kaya oksigen menuju ke filamen insang.
4. Sistem Ekskresi Crustacea
Alat ekskresi berupa sepasang bangunan yang lebar, disebut “kelenjar hijau” terletak di bagian bawah kepala, anterior esophagus. Setiap kelenjar terdiri atas bagian glanduler berwarna hijau, vesica urinaria, terbentuk dari dilatasi dinding yang tipis dan saluran yang bermuara keluar melalui suatu pori terletak di bagian ventral pada segmen basal antena. Fungsi kelenjar hijau adalah membuang sisa metabolisme tubuh.
5. Sistem Saraf Crustacea
Sistem saraf udang mirip cacing tanah, tetapi relative lebih besar. Sistem saraf terdiri atas ganglion supraesofageal (otak) yang bercabang ke saraf-saraf mata, antenula, dan antenna. Sepasang saraf penghubung yang berhubungan dengan ganglion subesophageal yang terletak di belakang mulut bagian ventral.
6. Sistem Reproduksi Crustacea
Udang bersifat diesius, yang betina memiliki abdomen yang lebih besar di
bandingkan yang jantan. Alat reproduksi udang jantan terdiri atas
sepasang testis, sepasang vas deferens, dan sepasang vesikula seminalis. Alat
reproduksi udang betina terdiri atas sepasang ovari dan sepasang oviduk.
Pembuahan terjadi di luar tubuh. Ketika musim reproduksi udang jantan dan udang betina mengadakan kopulasi. Pada saat kopulasi spermatozoa akan di tampung dalam penampung sperma, kemudian kedua hewan berpisah. Beberapa hari kemudian, udang betina membersihkan daerah abdomennya dengan menggunakan kaki renagnya. Kemudian udang betina membalikkan tubuhnya, melipat tubuh dan keluarlah sekresi berupa lendir yang menyelaputi kaki renang. Ovum akan keluar dari oviduk sekitar 200-400 buah dan akan dibuahi oleh spermatozoa yang keluar dari kantong penampung spermatozoa. Telur tetap melekat pada kaki renang sampai menetas
7. Sistem Endokrin Crustacea
Hormon berperan utama dalam
mengkoordinasikan fisiologi crustacea. Organ endokrin yang terpenting adalah
kompleks X organ sinus gland (XOSG) complex yang terletak dekat saraf optic. Organ endokrin yang
terpenting lainnya adalah Y organ, terletak pada bagian dasar setiap maksila.
Hormon-hormon yang dihasilkan oleh sistem XOSG adalah molt-inhibiting hormone (MIH). MIH tersebut akan merintangi terjadinya molting
dengan menghambat sekresi ekdison dari organ Y. Ketika
terjadi perubahan lingkungan sekitarnya seperti perubahan suhu atau panjang
hari, maka sekresi organ X terhambat dan organ Y terstimulus untuk
mensekresikan ekdison. Oleh karena itu, terjadinya molting hanya ketika adanya
perubahan lingkungan yang akan memicu kerja organ Y. Kompleks XOSG juga
mensekresikan hormone yang berfungsi mengontrol kromatofor, sehingga
memungkinkan hewan mengubah warna kulitnya.
Salah satu hormone yang menyebabkan pigmen
menjadi lebih terkonsentrasi di sebelah dalam kromatofor merah, akibatnya warna
kulit hewan menjadi kurang merah. Hasil sekresi lain adalah crustacean
hyperglycemic hormone yang
analog dengan adrenalin glucagon di dalam vertebrata. Hormone ini membantu
meningkatkan glikogen yang disimpan menjadi glukosa. Sistem XOSG juga
mensekresi distal retinal-pigment hormone yang berperan membantu proses
adaptasi mata majemuk dalam cahaya redup. Udang karang dan crustacea lain
memiliki androgenic glands yang menyebabkan sifat maskulin.
Regenerasi
Udang dapat beregenerasi meskipun tanpa diberi makanan dari hari ke hari. Kaki udang yang patah terus tumbuh atau beregenerasi. Namun, membutuhkan waktu yang sangat lama waktu bagi udang untuk beregenerasi atau menumbuhkan kembali kakinya yang patah. Regenerasi udang dapat berlangsung cepat jika udang di biarkan hidup di alam bebas, sehingga gerak udang tidak terbatas dan mendapatkan suhu yang sesuai.
Selain beregenerasi, udang juga melakukan ekdisis atau pergantian kulit. Dalam waktu seminggu udang tersebut melakukan pergantian kulit sebanyak 2 kali. Awalnya udang terbaring seperti udang mati, setelah itu kulit beserta kakinya lepas dan muncul kulit dan kakinya yang baru. Setelah pergantian kulit selesai, udang itu masih terdiam dan belum dapat bergerak lincah. Tetapi beberapa lama kemudian udang itu kembali berjalan dengan lincah kesana kemari.
Reproduksi
Toro dan Soegiarto (1979) mengemukakan bahwa udang windu
termasuk hewan yang heteroseksual, yaitu mempunyai jenis kelamin jantan dan
betina yang masing-masing terpisah. Perkawinan udang terjadi di laut bebas,
Udang jantan biasanya lebih agresif dibanding betina, perkawinan terjadi
setelah betina mengganti kulit (moulting), udang jantan tertarik kepada betina
karena adanya hormon ektokrin yang keluar secara eksternal yaitu pada saat
telur dikeluarkan melaluai saluran telur (oviduk).
Tingkah laku waktu udang melakukan perkawinan adalah sebagai berikut :
- Fase pertama, udang jantan di bawah yang betina berenang sejajar dari dasar sampai ketinggian 20-30 cm.
- Fase kedua, udang jantan membalik menghadap ke bagian bawah (ventral) yang betina.
- Fase ketiga, kemudian udang jantan membalikkan tubuhnya lagi secara tegak lurus terhadap tubuh udang betina, dan melengkungkan tubuhnya melingkari yang betina. Kepala dan ekornya secara serempak bertemu dan menjepit tubuh udang betina. Kepala dan ekornya secara serempak bertemu dan menjepit tubuh udang betina dengan eratnya. Kemudian melepaskan diri dari udang betina dan berenang menjauh.
Perkembangan dan penggabungan bagian ventral sampai pada
penyentakan kepala dan ekor berlangsung sangat cepat, hanya memerlukan waktu
beberapa detik saja. Keseluruhan proses awal sampai akhir berlangsung 0,5-3,0
jam. Tadi telah dikemukakan bahwa perkawinan udang berlangsung pada malam hari
setelah udang betina ganti kulit (moulting).
- Phylum : Crustacea
- Class : Malacostraca
- Subclass : Eumalacostraca
- Superorder : Eucarida
- Order : Decapoda
- Suborder : Natantia
- Superfamily : Penaeoidea
- Family : Penaeidae
- Genus. : Penaeus / Litopenaeus
- Species. : Penaeus monodon diganti Litopenaeus vanname
Peran/nilai ekonomis
·
Udang
windu mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis
udang lainnya sehingga disamping untuk konsumsi dalam negeri udang windu
mempunyai peranan penting dalam perolehan devisa negara.
·
Udang
windu juga Sebagai sumber protein udang windu juga mempunyai peran yang besar
dalam pemenuhan protein hewani asal ikan, karena nilai gizinya yang tinggi.